Senin, 28 Desember 2009

Ikhwan Bambu...

Pernah kenal dengan ikhwan yang secara fisik biasa tapi mempesona?wajahnya tak sekelas idola para remaja. Anehnya dia enak dilihat, sejuk, asyik banget mendengar nasihatnya. Ia bisa saja orang yang telah banyak memiliki ilmu agama atau bisa jadi sosok yang membaca al qur’an saja masih terbata-bata. satu hal yang membuat mereka sama, baik yg masih dangkal atau dalam ilmu agamanya mereka mudah menerima nasihat, saran n kritikan, sekalipun datang dari orang yg lebih muda. Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Sayangnya, masih sedikit yang mau segera memperbaiki diri, diingatkan, mendapat masukan dari orang lain. Untungnya, beberapa orang sangat terbuka menerima masukkan/nasihat dari siapapun. Semangat memperbaiki dirinya tinggi, hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Ia tak pernah lelah belajar. Ikhwan seperti ini umumnya tahan banting, siap menghadapi segala perubahan cuaca. Ia layaknya bilah bambu. Kokoh, tegak terpancang meskipun angin menggoyang. Seperti bambu yang memiliki sistem perakaran serabut dengan akar rimpang. Ikhwan ini berusaha tegar. Ia tegak meskipun petir menggelegar. Semakin tinggi posisinya, semakin ia merunduk.

Adakalanya -seperti bambu- ia dianggap kampungan, kuno, kurang trendy. Yup itu sebuah pilihan. Ia lebih nyaman tampil bersahaja. Lebih suka dibelakang layar daripada tampil ke depan panggung. Lebih senang menulis skenario daripada menjadi aktor pemeran utama. Jauh dari ingar bingar dan gegap gempita selebritas. Tapi bila ia pergi, banyak orang yang kehilangan. Bambu hidup berumpun. Bentuknya silindris, berbuku, berongga namun kekar, berdinding keras. Bambu tumbuh bertahap. Bambu siap ditebang dipakai untuk berbagai keperluan, mulai dari peralatan rumah, kerajinan, baik yang sederhana sampai dengan industri bambu lapis, juga industri kertas modern. Seorang ikhwan idealnya juga bisa seperti itu. Ia berkumpul dengan orang-orang shaleh untuk menimba ilmu, terus memperbaiki diri, bertahap tumbuh, dewasa, menyebar ke setiap penjuru bumi. Seperti bambu yang mampu bertunas di setiap buku-bukunya. Si ikhwan juga harus bisa memberi manfaat, cahaya, dari setiap perilaku kesehariaannya. Ikhwan bambu diharapkan menumbuhkan bambu-bambu muda. Bukan tiruan , tapi sosok yang mempunyai keshalehan dan kobar semangat yang tak kalah sama. Ia lentur, mudah membaur, tanpa harus lebur. Dunia membutuhkan sosok2 bambu yang bekerja seimbang untuk dunia dan surga. Tak perlu program muluk-muluk untuk mengubah murah wajah dunia. Cukuplah dengan mengubah diri sendiri dahulu, kemudian orang terdekat, keluarga, sehingga terbentuk keluarga sakinah. Kumpulan dari kelurga sakinah akan membentuk masyarakay yang madani. Masyarakat adalah bagian dari dunia. Mudah sekali bukan, secara teori memang, pelaksanaanya luar biasa susah.dan kita membutuhkan lebih banyak sosok2 bambu. Kamukah orangnya? Semoga!!!

diambil dari sebuah artikel yg tercecer, ketika sy keluar dr masjid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar